cdn0-production-images-kly.akamaized.net
Istilah "tone deaf" bukan hanya tentang ketidakmampuan membedakan nada dalam musik, tetapi juga mencakup ketidakpekaan terhadap perasaan dan opini orang lain. Bayangkan seseorang yang terus-menerus membuat komentar yang bikin orang lain merasa tidak nyaman, atau bertindak tanpa memikirkan dampaknya. Orang-orang seperti ini sering kali tidak sadar bagaimana kata-kata atau tindakan mereka mempengaruhi perasaan orang di sekitar mereka, sehingga menciptakan situasi yang canggung dan tidak menyenangkan.
Menurut Psychology Today, "tone deaf" emosional adalah ketidakmampuan untuk membaca atau memahami perasaan orang lain dengan baik. Ini termasuk kurangnya respons terhadap umpan balik, tidak bisa menangkap suasana hati, atau berbicara tentang hal-hal yang sama sekali tidak relevan dengan situasi. Memahami istilah ini bisa membantu kita jadi lebih peka dan sensitif dalam berinteraksi, sehingga hubungan sosial kita bisa lebih harmonis.
Jika kamu sering menemukan orang yang membuat komentar tidak sensitif di tengah situasi emosional, seperti menyebut masalah pribadi di depan umum, mereka mungkin tone deaf. Bayangkan seseorang yang berbicara tentang diet terbaru saat kamu baru saja mengalami kehilangan.
Mereka yang tone deaf sering kali berperilaku tanpa mengindahkan situasi di sekelilingnya. Bayangkan saat kamu berusaha serius membahas proyek kerja, dan mereka malah membahas drama TV yang tidak relevan.
Jika mereka tampaknya tidak mendengarkan umpan balik tentang perilaku mereka yang tidak menyenangkan, seperti teman yang selalu terlambat dan tidak pernah meminta maaf, bisa jadi mereka tone deaf sosial.
Bagi mereka yang tone deaf, membaca suasana hati orang lain adalah hal yang asing. Seperti saat kamu berbagi berita penting dan mereka malah bertanya tentang cuaca.
Marie Antoinette adalah salah satu contoh klasik dari orang yang tone deaf secara sosial. Di tengah kemiskinan dan kelaparan yang melanda Prancis pada akhir abad ke-18, ia terkenal dengan komentarnya yang tidak sensitif yaitu "biarkan mereka makan kue" (let them eat cake). Komentar ini mencerminkan ketidakpahamannya terhadap penderitaan rakyat, serta menunjukkan betapa jauhnya ia dari realitas sosial yang ada.
Jika kamu atau orang di sekitarmu merasa termasuk dalam kategori ini, mungkin sudah saatnya untuk berlatih keterampilan emosional dan sosial. Mulai dengan mendengarkan lebih baik dan mencoba memahami perspektif orang lain bisa jadi langkah awal yang baik. Meningkatkan kecerdasan emosional adalah kunci untuk menjadi lebih peka dan responsif dalam interaksi sosial.
Jadi, tone deaf adalah tentang ketidakmampuan untuk merasakan atau memahami perasaan orang lain di sekitarnya. Dengan melatih empati dan kepekaan, kita bisa menghindari terjebak dalam perilaku yang membuat orang lain merasa terabaikan atau tidak dihargai. Mari kita berusaha menjadi lebih peka dan tidak jatuh dalam jebakan tone deaf sosial ini.