Pandemi Covid-19 memaksa pembelajaran dilakukan secara jarak jauh untuk meminimalisir penyebaran Covid-19. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah dilakukan sejak bulan Maret lalu. Hingga kini, PJJ sudah berjalan hampir lima bulan, namun kendala dalam pelaksanaan PJJ belum juga terselasaikan.
Seperti halnya kendala yang dialami oleh Dimas Ibnu Elias, siswa kelas VII SMPN 1 Rembang, Jawa Tengah. Dimas harus berangkat ke sekolah untuk belajar secara tatap muka karena tidak memiliki smartphone sebagai penunjang utama dalam PJJ.
Proses pembelajaran di kelas layaknya les privat. Pasalnya, Dimas belajar sendiri ditemani oleh gurunya.
Kondisi ini tidak membuat Dimas kecewa meski teman-temannya belajar dari rumah karena dilengkapi dengan smartphone dan paket internet. Dimas menyadari bahwa orang tuanya memiliki keterbatasan perekonomian, sehingga tidak memungkinkan untuk membeli smartphone dan paket internet.
Ayah Dimas bekerja sebagai nelayan kecil, sementara ibunya bekerja sebagai buruh pengupas rajungan.
Tidak hanya Dimas, SMPN I Rembang mempersilahkan siswa masuk sekolah untuk belajar secara tatap muka apabila mengalami kendala dalam belajar jarak jauh, tapi dengan syarat tetap mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Kisah dimas yang sempat viral di media sosial ini diacungi jempol oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ganjar Pranowo menilai bahwa langkah yang diambil Dimas ini sudah benar. “Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan kesulitan siswa dengan sistem daring. Maka, ketika ada kisah Dimas itu, para gurunya sangat keren,” kata Ganjar Pranowo dirilis dari Pikiran Rakyat.
Ganjar Pranowo meminta agar sekolah yang ada di Jawa tengah tetap melakukan pembelajaran tatap muka di kelas, namun dikhususkan untuk siswa yang mengalami keterbatasan fasilitas untuk melangsungkan PJJ dengan tetap mengikuti protokol kesehatan secara ketat.
