Kemampuan dalam mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi salah satu indikator penting dalam penilaian kinerja dosen di Universitas Ciputra. Dengan semakin meningkatnya penggunaan AI dalam dunia pendidikan, para dosen diharapkan dapat memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran.
Trianggoro Wiradinata, Director of AI and Technology Transformation Universitas Ciputra, menekankan bahwa pengoperasian AI sudah menjadi bagian integral dari indikator penilaian kinerja dosen. "Bagi kami, AI harus dimanfaatkan kecanggihannya, bukan malah dihindari," ujarnya. Ini menunjukkan bahwa penggunaan AI bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Universitas Ciputra telah membentuk departemen bernama teaching learning innovation yang bertugas untuk menganalisis alat kerja para dosen dan mahasiswa. Departemen ini berperan penting dalam menghilangkan keraguan universitas mengenai adopsi AI. "Kami juga sudah menambahkan indikator kinerja pemanfaatan AI, jadi bisa dipastikan semua dosen di Universitas Ciputra paham," tambah Trianggoro.
Presiden Direktur IBM Indonesia, Roy Kosasih, juga menegaskan bahwa AI dapat diandalkan untuk kegiatan akademik. Universitas Ciputra adalah salah satu mitra IBM dalam pengembangan AI. "Kami sama-sama mendiskusikan dan mencari strategi yang cocok digunakan dalam ranah pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia," ungkap Roy.
Dilansir dari laman resmi Kominfo, Indonesia masih membutuhkan 600 ribu talenta digital setiap tahun. Pada 2019, pemerintah menargetkan 20 ribu orang mendapat sertifikasi sebagai tenaga terampil melalui program Digital Talent Scholarship. Hasil penelitian Bank Dunia dan McKinsey mengungkapkan bahwa Indonesia bakal membutuhkan 9 juta talenta digital pada periode 2015-2030.