Bukan lagi kumpul kebo, tetapi kini ada istilah baru yaitu kumpul babi. Itu adalah ungkapan yang dituturkan oleh seorang warganet saat mengomentari sebuah video singkat yang diunggah oleh akun @karat.itam. Video yang kini menjadi perhatian publik itu memang benar-benar menayangkan fenomena kumpul babi, bukan lagi sebuah ungkapan atau kiasan.
"Kumpul Babi," tulis akun @biyanphi mengomentari video yang diunggah oleh akun @karat.itam karena memang video itu menampilkan empat ekor babi yang sedang berkumpul. 
Dari video itu warganet dapat melihat fenomena asing yang jarang diketahui oleh banyak orang, yaitu ketika para babi merasakan tidur di atas kasur. Dengan santainya, babi-babi ini merebahkan diri di atas kasur yang tidak dipasang sprei itu. Seolah mereka memang tinggal di dalam kamar kos itu.
Namun, saat sang pemilik kamar kembali, keempat babi itu akhirnya di usir keluar dari kamar. Dengan beberapa kali usiran lembut, akhirnya babi-babi itu pergi keluar dari kamar. 
Siapapun yang melihat video itu tentu sepakat kalau kamar yang sempat ditiduri oleh babi itu terlihat sangat menyedihkan. Apalagi kedua kasurnya tidak dilapisi dengan seprei. Lantainya pun hanya disemen, alih-alih dikeramik. Melihat hal-hal itulah warganet jadi berkomentar banyak hal khususnya terkait kondisi kamar yang sempat ditiduri oleh empat babi.
"Kosan ini tidak ada di @mamikosapp," komentar akun @difotoin. 
"Ku kira ini rumah, taunya kandang babi," akun @dityoprmadi menduga kalau kamar dalam video itu memang berada di area peternakan babi mengingat babi-babi yang terekam video tadi terlihat sangat terawat dan tidak takut kepada sang pemilik kamar. Namun belum ada informasi lebih lanjut yang memastikan kalau demikian. Jadi, opin @dityiprmadi itu masih sebatas dugaan belaka.
"Mamakku dulu bilang, jorok kali kamar kau kek kandang babi..apakah ini maksud mamak??," kata akun @ro_nauli24 melihat kodisi kamar itu.
Berbicara tentang peternakan babi, nyatanya ternak babi telah menjadi komoditas bisnis dan mata pencaharian bagi sebagian masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Perputaran uang dari bisnis komoditas peternakan penghasil protein hewani inipun terus meningkat hingga mencapai Rp 51,2 triliun per tahun.
