Kisah jenazah yang ditandu dengan berjalan kaki menempuh perjalan sejauh 13 Km ini viral di media sosial. Peristiwa miris tersebut terjadi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Dalam video yang diunggah oleh akun instagram @statusfakta ini memperlihatkan beberapa pria yang sedang berjalan sambil mengangkut tandu. Tandu yang dingkat tersebut ditutupi dengan kain batik seadanya.
Keluarga mendiang Tanisa, jenazah yang ditandu sejauh 13 kilometer ini pun mengungkapkan kekecewaannya terhadap pihak Puskesmas yang menolak memberikan layanan ambulans. Hal inilah yang membuat keluarga mengunggah video jenazah ditandu hingga akhirnya viral di media sosial.
"Saya posting di Facebook itu video keluarga tandu jenazah tanteku karena saya dan pihak keluarga kecewa dengan sikap pihak puskesmas," kata keponakan mendiang Tanisa, Fenny dalam keterangan unggahan video tersebut.
Fenny menjelaskan, video yang diunggahnya kemudian viral di media sosial awalnya direkam oleh keponakannya yang juga turut membopong jenazah Tanisa menggunakan keranda. "Kita tanya kemudian ke pihak puskesmas, cuman katanya SOP untuk ambulans hanya untuk mengantar pasien gawat darurat bukan untuk jenazah," tutur Fenny.
"Waktu tanteku meninggal, Selasa (9/8) lalu, keluarga melihat ambulans terparkir di area puskesmas, jadi minta tolong ke pegawai untuk dipinjamkan mengantar jenazah ke rumah duka. Cuman tidak dibolehkan, jadi ditandu dari puskesmas ke rumah duka sejauh 13 kilometer," sambungnya.
Fenny kemudian berharap pihak pemerintah dan puskesmas bisa merubah kebijakannya terkait penggunaan ambulans. "Kan jalan sudah bagus di sana (Kalumpang), masa pelayanan puskesmas masih begitu," sesalnya.
Setelah video tersebut viral, Bupati Mamuju Sutinah Suhardi alhirnya angkat suara. Sutinah mengaku akan mengevaluasi kinerja kepala puskesmas setempat.
"Saya menyayangkan peristiwa itu terjadi, harusnya jika tak ada kasus emergency di puskesmas, ambulans boleh dipakai untuk bawa jenazah ke rumah duka," ujar Sutinah.
Sutinah juga mengaku telah menginstruksikan kepada seluruh kepala puskesmas di Mamuju untuk melayani pengantaran jenazah hingga ke rumah duka. Itu bisa dilakukan selama tak ada kejadian emergency atau pasien gawat darurat.
Video tersebut kemudian mendapat respons dari warganet. Warganet pun menyayangkan sikap pihak Puskesmas yang menolak ambulans digunakan untuk mengantar jenazah tersebut.
"Org desa kok tdk ada rasa empati.. mutasi aja tuh ke gunung," tulis akun @do.dy4602.
"Masa ditegur saja, dipotong donk gaji nya selama 3 bln keq," tulis akun @leenacun.
"Seringkali saya temukan di daerah² ada beberapa "Oknum" yang mematok tarif untuk jasa angkut ambulance,,," tulis akun @upardi0709.
"Di tegur doang mah nanti kejadian lagi. Di berhenti tugas kalo perlu mah," tulis akun @dimas_nur30.
"Kebanyakan penggunaan ambulan itu dikenai tarif. kecuali ada kenalan aja bisa gratis. sekali trip bisa 300-500rb. gimana coba yang gak punya uang😢," tulis akun @putraflbs.