Nadia Amalia berhasil melanjutkan pendidikan program S2 Master of Finance di kampus terbaik dunia yakni Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat. Sebelumnya, ia merupakan mahasiswa lulusan prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia program S1.
Melalui tayangan di kanal YouTube Nadia Amalia pada 19 Mei 2020 lalu, Nadia Amalia membagikan kisah keberhasilannya hingga bisa kuliah di MIT. Nadia Amalia mengaku bahwa dirinya menempuh perjuangan yang panjang dalam mempersiapkan diri untuk masuk ke MIT.
“Aku udah lama banget pengen masuk MIT, aku bukan orang yang paling jenius yang bisa masuk MIT dengan gampang, aku masuk MIT karena perjuangan yang panjang dan planning yang panjang,” ucap Nadia Amalia dikutip dari YouTube Nadia Amalia.
Nadia Amalia awalnya tertarik pada bidang keuangan karena berbagai film yang ia tonton memperlihatkan serunya kegiatan di Wall Street. Ia melihat bahwa industri keuangan di Wall Street mayoritas diisi oleh kaum pria. Hal itu yang memotivasi Nadia Amalia untuk membuktikan bahwa wanita juga bisa berperan di distrik keuangan Amerika.
“Pertama, aku inspired gitu sama orang-orang di Wall Street, keren banget ya orang yang kerja di finance ini,” kata Nadia Amalia dikutip dari YouTube Nadia Amalia.
“Kedua, aku melihat industri finance yang di film-film tuh rata-rata ih kok cowok semua ya, ceweknya mana, jadi aku ngerasa kayak aku pengen buktiin kalo aku sebagai cewek bisa juga masuk di industri finance,” lanjutnya.
Selain itu, dorongan dari keluarga juga membuat Nadia Amalia semakin tertarik pada bidang keuangan. Ia pun sempat menjalani training saham dan melakukan berbagai riset dalam memilih universitas yang cocok untuk mengembangkan minatnya.
“Aku mulai research-research, munculah MIT sebagai salah satu program yang terbaik untuk finance. Saat buka website, mahasiswa akan belajar dari peraih nobel, memiliki klub finance, ada inkubator bisnis, dan ada financial aid (bantuan keuangan) untuk undergraduate. Tapi susah banget masuknya” ujarnya.
Nadia Amalia juga mengungkapkan bahwa uang menjadi alasan terakhirnya mengapa memilih MIT sebagai kampus impiannya. Diakui oleh Nadia Amalia bahwa diperlukan keaktifan dan kepintaran untuk bisa masuk ke MIT dan ia merasa tak memiliki keduanya.
“Kebetulan aku bukan keduanya, pas SMA aku tuh bukan anak yang pinter, bukan anak yang aktif. Aku tuh introvert, sukanya baca komik, enggak aktif dan kurang pintar,” tuturnya.
Mengetahui kekurangan dalam dirinya, Nadia Amalia kemudian bertekad untuk berubah dan menyusun strategi agar berhasil masuk ke kampus terbaik dunia itu. Nadia Amalia berusaha membuktikan bahwa dirinya cukup pintar dan berbeda dari yang lain dengan mengikuti Olimpiade Ekonomi Nasional yang diadakan oleh Kemendikbud.
“Hal yang aku lakukan, pertama, aku harus membuktikan bahwa aku cukup pintar untuk masuk ke MIT. Yang masuk MIT rata-rata juara olimpiade nasional dan olimpiade internasional. Tapi kupikir aku anaknya ga saintek banget, jadi aku ikut olimpiade ekonomi nasional dari Kemendikbud” sambungnya.
Nadia Amalia kemudian berjuang mati-matian menghapal rumus-rumus ekonomi dan alhasil ia keluar sebagai juara. Mulai saat itu, ia kerap memperoleh berbagai kejuaraan yang kemudian ia jadikan poin plus untuk masuk ke MIT.
Untuk menunjukkan sisi keaktifannya, Nadia Amalia mengikuti OSIS dan berbagai acara organisasi di SMA seperti kampanye HIV/AIDS berbahasa Inggris. Nadia Amalia juga sempat dengan nekad mencalonkan diri untuk masuk MPK yang mengharuskan ia pidato di depan tiga angkatan. Dari situ, kemampuan public speaking-nya pun mulai terasah. Dengan kedua bekal tersebut, Nadia Amalia pun semakin percaya diri untuk bisa mendaftar di MIT.
Setelah lulus SMA, Nadia Amalia melanjutkan pendidikan program S1 prodi Ilmu Ekonomi di Universitas Indonesia. Kemudian, barulah ia mendaftar program S2 di MIT dengan perjuangan yang juga tak mudah.
Nadia Amalia sempat melihat berbagai pengalaman para mahasiswa dan alumni MIT melalui akun LinkedIn. Di jurusan pilihannya, Nadia Amalia mengatakan bahwa tidak ada alumni asal Indonesia. Hal tersebut cukup menjadi tantangan besar baginya untuk diterima.
Nadia Amalia pun kemudian mendaftar di 50 perusahaan untuk meminta rekomendasi. Selain itu, ia juga berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan atasannya agar bisa mendapatkan rekomendasi. Meskipun dirinya bukan orang yang jenius, Nadia Amalia berusaha untuk menonjolkan berbagai pengalaman dan juga rekomendasi yang dimilikinya hingga berhasil kuliah di MIT.