Para Sang Penemu di Balik Covid-19 yang Mengguncang Dunia

"Di balik pandemi ini ada beberapa penemu yang berjasa besar. Berikut beberapa penemu di balik pandemi Covid-19 yang mengguncang dunia tersebut:"

Hingga kini pandemi virus corona baru (Covid-19) masih mengancam kesehatan warga dunia. Virus yang menyerang sistem pernapasan itu kini sudah menyerang ke 215 negara. Beberapa negara pun terus mencatat pelonjakan kasus yang cukup signifikan dalam setiap harinya.

Dikutip dari laman World O Meters, Sabtu (24 Oktober 2020) total keseluruhan kasus pasien positif Covid-19 di dunia kini telah mencapai angka 42.441.070 jiwa. Sudah ada sebanyak 1.148.638 pasien meninggal akibat Covid-19 yang terkonfirmasi hingga pagi ini, dengan 31.410.338 di antaranya dinyatakan sembuh.

Di balik pandemi ini ada beberapa penemu yang berjasa besar. Berikut beberapa penemu di balik pandemi Covid-19 yang mengguncang dunia tersebut:


1. June Almeida, Penemu Virus Corona Pertama di Dunia


TamanPendidikan.com

June Almeida dengan mikroskop elektronnya di Ontario Cancer Institute di Toronto (Sumber bbc)

Adalah June Almeida sang penemu virus corona pertama di dunia. Nama virus penyebab penyakit Covid-19 ini adalah SARS-CoV-2. Keluarga virus corona sendiri terdiri dari beberapa jenis, misalnya, yang menyebabkan penyakit SARS dan MERS.

June Almeida pertama kali menemukan virus corona pada 1964 silam. Virus corona yang pertama kali Almeida indentifikasi ia temukan pada 1964 di laboratoriumnya di Rumah Sakit St Thomas, London, Inggris.

Almeida adalah putri seorang sopir bus asal Skotlandia. Ia meninggalkan bangku sekolah pada usia 16 tahun. Meksipun demikian, dia kemudian dikenal sebagai pelopor pencitraan virus, yang karyanya telah kembali menjadi fokus selama pandemi Covid-19 saat ini.

Ahli virologi itu lahir di June Hart pada 1930 dan besar di rumah petak dekat Alexandra Park di Timur Laut Glasgow. Dia meninggalkan sekolah dengan sedikit pendidikan formal, tapi mendapat pekerjaan sebagai teknisi laboratorium histopatologi di Glasgow Royal Infirmary.

Kemudian Almeida pindah ke London untuk melanjutkan karier dan pada 1954 menikah dengan Enriques Almeida, seniman asal Venezuela. Almeida, suami, dan putri kecilnya lalu pindah ke Toronto, Kanada. Menurut penulis medis George Winter, di Ontario Cancer Institute-lah Almeida mengembangkan keterampilannya yang luar biasa dengan mikroskop elektron. Di sana dia memelopori metode yang memvisualisasikan virus dengan lebih baik, dengan menggunakan antibodi untuk menggabungkannya.

TamanPendidikan.com

Corona virus sumber BBC

Bakatnya diakui di Inggris dan ia dibujuk kembali pada 1964 untuk bekerja di Sekolah Medis Rumah Sakit St Thomas, London. Almeida mulai bekerjasama dengan Dr David Tyrrell, yang menjalankan penelitian di unit flu biasa di Salisbury di Wiltshire.

Dr Tyrrell sebelumnya telah mempelajari sampel virus flu yang kemudian dikenal sebagai B814, berasal dari pencucian hidung seorang murid di sekolah asrama di Surrey pada 1960. Dr Tyrrell menemukan, ia mampu menularkan gejala flu biasa ke sukarelawan tetapi tidak bisa menumbuhkannya dalam kultur sel rutin.

Namun, penelitian sukarela memperlihatkan pertumbuhannya dalam kultur organ, dan Dr Tyrrell bertanya-tanya, apakah itu bisa tampak mikroskop elektron. Tyrrell kemudian mengirim sampel ke Almeida yang melihat partikel virus dalam spesimen, yang dia deskripsikan sebagai virus influenza tapi tidak persis sama.

Dia mengidentifikasi apa yang kemudian dikenal sebagai virus corona manusia pertama. Virus corona adalah sekelompok virus yang memiliki penampilan halo atau mahkota (corona) ketika dilihat di bawah mikroskop.

Penemuan baru dari strain B814 tertuang dalam British Medical Journal pada 1965, dan foto-foto pertama dari apa yang Almeida lihat terbit di Journal of General Virology dua tahun kemudian. Dr Tyrrell dan Almeida bersama dengan Prof Tony Waterson, orang yang bertanggung jawab di St Thomas's, yang menamakan virus itu virus corona karena mahkota atau lingkaran cahaya yang mengelilinginya pada gambar virus.

Almeida kemudian bekerja di Sekolah Kedokteran Pascasarjana di London, tempat ia dianugerahi gelar doktor. Dia menyelesaikan kariernya di Wellcome Institute, di mana dia ditunjuk pada beberapa paten di bidang pencitraan virus.

2. Kary Mullis Sang Penemu Tes PCR


TamanPendidikan.com

Kary Banks Mullis(https://id.pinterest.com/pin/333055334915386947)


Kary Banks Mullis lahir 28 Desember 1944 dan meninggal 7 Agustus 2019 pada umur 74 tahun. Dia adalah seorang biokimiawan Amerika Serikat. Teknologi polymerase chain reaction (PCR) yang hari-hari ini ramai dibicarakan adalah ditemuan Kary Mullis. Kary Mullis dan Michael Smith, dianugerahi Nobel Kimia pada tahun 1993 untuk usaha pengembangan metode dalam kimia DNA atau lebih spesifik untuk penemuannya atas reaksi berantai polimerase.

Metode PCR dilakukan dengan menyalin sejumlah kecil DNA, sehingga didapatkan jutaan cetak dari tiap segmen dalam beberapa jam. Metode ini menjadi penerobosan revolusioner di bidang biokimia dan genetika serta memungkinkan adanya metode diagnostik baru di bidang kedokteran dan forensik.

Pada tahun 1998, Mullis mengarang buku berjudul Dancing Naked in the Mind Field yang mengandung sejumlah esai atas kehidupan, pekerjaan, dan pendapatnya. Di situ ia menjabarkan penggunaan obat halusinogen dan keraguan kuat atas hubungan di antara HIV dan AIDS, masalah yang ia banyak dikritik pedas.

3. Zhang Jixian, Dokter Pelapor Pertama Penemuan Covid-19 

TamanPendidikan.com

Zhang Jixian (https://www.chinadaily.com)


Zhang Jixian, seorang dokter berusia 54 tahun mendapat pujian dari pemerintah China beberapa waktu lalu. Hal ini atas pemberitahuannya pada otoritas setempat yang membuat penanganan virus corona di negeri Tirai Bambu ini menjadi cukup sukses.

dr Zhang Jixian (54) adalah dokter perempuan yang mengirimkan laporan mendesak pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di distrik tempat dia mengabdi. Pada tanggal 27 Desember 2019 kecurigaannya terhadap beberapa pasien yang ia tangani pun langsung dilaporkannya pada pihak berwenang.

Ia merawat pasien dengan gejalan 'pneumonia misterius' pada saat itu yang membawanya untuk segera melapor ke CDC. dr Zhang segera mengabarkan kejadian yang menurutnya aneh dalam hal kedokteran ini ke pihak berwajib.

Petugas yang mendapatkan laporan darinya pun juga bertindak cepat pada saat itu. Menurutnya apa yang dilakukan oleh pihak CDC tersebut menjadi kunci kesuksesan China dalam melawan virus corona.

Dalam sebuah wawancara, dr Zhang pun menceritakan kembali penemuan penyakit yang tergolong baru dan hampir sama dengan SARS itu.

4. Jackie Ying Sang Penemu Rapid Test


TamanPendidikan.com

Jackie Ying Sang Penemu Rapid Test https://fi.pinterest.com/pin/200832464613581550/visual-search/?x=10&y=37&w=544&h=500&cropSource=6

Seorang Profesor berhijab telah mencuri perhatian publik dunia. Namanya Prof Jackie Ying. Dia mendapat banyak perhatian setelah dia dan timnya menemukan alat tes cepat atau Rapid Test untuk Covid-19.

Prof Jackie Ying adalah seorang mualaf yang lahir dan besar di Taipei, Taiwan. Ia merupakan warga negara Amerika Serikat yang dibesarkan di dua negara, yakni New York dan Singapura. Dari dua negara tersebut Ying lebih banyak menghabiskan waktunya di Singapura.

Jackie Ying Saat ini menjadi pemimpin di sebuah Laboratorium NanoBio di Agensi untuk Sains, Teknologi dan Penelitian di Singapura. Ia dan timnya membutuhkan waktu selama 6 minggu tanpa henti untuk membuat alat tersebut. Penelitian itu dilakukan setelah Direktur Eksekutif A*Star, Frederick Chew menantang mereka untuk membuat kit rapid test Covid-19.

Ying memiliki lebih dari 180 hak paten utama yang diberikan dan 32 diantaranya telah dilisensikan ke perusahaan multinasional dan pemula. Dia juga pernah terpilih sebagai mahasiswa Akademis Sains Dunia Islam pada tahun 2017. Prof. Jackie Ying sampai saat ini telah menerima banyak penghargaan di bidang ilmu pengetahuan.


Baca Berita yang lain di Google News



Our Network