Ibunda Almarhum Dokter Aulia Risma Ungkap Pengalaman Bullying dan Pemerasan

"Nuzmatun Malinah, ibu almarhum Dokter Aulia Risma, berbagi pengalaman pahit tentang bullying dan pemerasan di dunia medis."

Ibunda Almarhum Dokter Aulia Risma Ungkap Pengalaman Bullying dan Pemerasan

Daftar Isi

  1. Pengantar
  2. Pengalaman Bullying
  3. Dukungan Keluarga
  4. Harapan Keadilan

Pengantar

Semarang, – Nuzmatun Malinah, ibunda dari almarhumah dokter Aulia Risma, mengungkapkan pengalaman pahit yang dialami anaknya selama menjalani pendidikan spesialis di RSUP Kariadi. Dalam sebuah jumpa pers, ia menceritakan bagaimana anaknya menjadi korban bullying dan pemerasan yang sangat mempengaruhi kesehatan mentalnya.

Pengalaman Bullying

Nuzmatun mengungkapkan bahwa anaknya sering menceritakan betapa beratnya menjalani PPDS. Perlakuan dari senior-seniornya sudah melampaui batas. "Saya ingin bercerita lebih banyak, tapi saya tidak sanggup. Dari awal 2022, dia harus sudah di ruangan jam 3 dini hari, semua peralatan harus siap," ujarnya dengan nada penuh kesedihan.

Lebih lanjut, Nuzmatun menceritakan insiden ketika Aulia jatuh ke selokan karena kelelahan. "Dia jatuh ke selokan, sampai sadar sendiri di malam hari," tambahnya. Setelah kejadian itu, Aulia mengalami sakit syaraf kejepit, namun saat meminta keringanan kepada kaprodi, ia justru mendapat jawaban yang menyakitkan.

Dukungan Keluarga

Sebagai seorang ibu, Nuzmatun merasa sangat sedih melihat anaknya diperlakukan seperti itu. "Anak saya sudah operasi dua kali, dan masih diminta mengantar makanan untuk seniornya. Ketika telat, dia dihukum berdiri satu jam. Bayangkan, kakinya bengkak, disuruh berdiri!" keluhnya.

Dia juga merasa sangat sedih karena Aulia sering dibentak dengan kata-kata kasar. "Saya membesarkan anak saya dengan lembut, tapi di PPDS dia dididik dengan cara yang sangat keras. Saya sudah sampaikan kepada ketua prodi, tapi tidak ada perubahan," imbuhnya.

Harapan Keadilan

Saat ini, Nuzmatun masih menunggu proses hukum di Polda Jawa Tengah. Ia berharap agar anaknya mendapatkan keadilan, terutama setelah Undip dan Kariadi mengakui adanya perundungan. "Tolong bantu saya cari keadilan. Anak saya seharusnya sekolah dan mencari ilmu, bukan mengalami semua ini," ujarnya sambil meneteskan air mata.

Laporan: Didit Cordiaz Semarang (tvOne)


Baca Berita yang lain di Google News



Our Network