Sebuah organisasi lokal di Aceh, Yayasan Apel Green Aceh, telah meluncurkan petisi untuk menyelamatkan Rawa Tripa, sebuah ekosistem yang sangat penting. Dalam upaya ini, mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 65 ribu tanda tangan dari masyarakat, baik lokal maupun internasional. Petisi ini tidak hanya sekadar angka, tetapi merupakan suara kolektif yang menuntut perhatian terhadap perlindungan lingkungan.
Petisi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya Rawa Tripa dan mendesak pihak berwenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan. Dengan dukungan dari 154 negara, petisi ini menunjukkan bahwa isu lingkungan tidak mengenal batas negara.
Rawa Tripa adalah habitat bagi berbagai spesies, termasuk orangutan, beruang madu, dan harimau sumatra. Namun, sayangnya, area ini terus mengalami perambahan untuk lahan perkebunan sawit. Menurut Direktur Yayasan Apel Green Aceh, Rahmad Syukur, separuh dari Rawa Tripa telah hilang akibat konversi lahan. Ini seperti mengusir penghuni asli dari rumah mereka, yang sangat menyedihkan.
Melalui petisi ini, Yayasan Apel Green Aceh mendesak pemerintah untuk mencabut Hak Guna Usaha (HGU) dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan tersebut. Mereka juga meminta penguatan status hukum untuk perlindungan lahan gambut, agar ekosistem ini bisa terjaga untuk generasi mendatang.
Dengan dukungan dari masyarakat dan perhatian yang lebih besar dari pemerintah, diharapkan Rawa Tripa bisa diselamatkan. Mari kita semua berkontribusi dalam menjaga lingkungan kita, karena setiap suara dan tindakan kecil dapat membuat perbedaan besar.
