18 Anggota Paskibra Diduga Dipaksa Lepas Hijab Saat Pengukuhan di IKN

"Dugaan pemaksaan anggota Paskibra untuk melepas hijab saat pengukuhan di IKN memicu kontroversi di media sosial."

18 Anggota Paskibra Diduga Dipaksa Lepas Hijab Saat Pengukuhan di IKN

Jakarta, – Baru-baru ini, media sosial dihebohkan oleh kabar yang sangat memprihatinkan terkait proses pengukuhan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Ibu Kota Nusantara (IKN). Banyak yang merasa terguncang ketika mengetahui bahwa 18 anggota Paskibra dilaporkan mengalami tekanan untuk melepas hijab mereka saat acara tersebut.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan persiapan para anggota Paskibraka menjelang pengukuhan. Dalam video tersebut, terlihat anggota putri mengenakan hijab dan menghias diri mereka. Namun, saat acara pengukuhan berlangsung, banyak warganet yang memperhatikan bahwa mereka tidak lagi mengenakan hijab. Hal ini langsung menarik perhatian publik dan memicu berbagai reaksi di media sosial.

Pengurus pusat Purna Paskibraka Indonesia (PPI) pun merasa prihatin dan menolak kebijakan yang melarang penggunaan hijab. Mereka meminta Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk mengevaluasi keputusan yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Ketua MUI KH Cholil Nafis juga menegaskan bahwa larangan hijab tidak mencerminkan nilai Pancasila, terutama prinsip “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Menurutnya, kebijakan ini sangat tidak rasional dan menimbulkan kontroversi yang luas.

BPIP Buka Suara

Kepala BPIP Yudian Wahyudi menjelaskan bahwa larangan mengenakan hijab bertujuan untuk menegakkan keseragaman dalam pengibaran bendera. Ia menyatakan bahwa Paskibraka memang diharapkan untuk tampil uniform. Namun, sebelumnya anggota Paskibraka diperbolehkan mengenakan hijab dalam upacara. Kini, BPIP memutuskan untuk tidak memberikan pilihan berpakaian hijab bagi anggota Paskibraka yang menggunakannya.

Reaksi Warganet

Reaksi warganet pun beragam, dengan banyak yang mengungkapkan kekecewaan dan kemarahan. Beberapa komentar menyebutkan, “Merayakan kemerdekaan dengan merampas kemerdekaan,” dan “Hijab adalah penutup aurat bagi perempuan Muslimah.” Banyak yang merasa bahwa kebijakan ini melanggar kebebasan beragama dan hak asasi manusia.

Dengan situasi ini, penting bagi kita untuk merenungkan nilai-nilai yang kita junjung sebagai bangsa. Apakah kita benar-benar menghargai kebebasan beragama dan hak individu? Mari kita diskusikan dan cari solusi yang lebih baik untuk semua pihak.


Baca Berita yang lain di Google News



Our Network