Jagat maya Instagram baru-baru ini digegerkan oleh sebuah penemuan mengejutkan berupa balung buto alias tulang raksasa di Nganjuk, Jawa Timur. Penemuan itu diprakarsai oleh sebuah komunitas ekspedisi benda purbakala, Majapahit Study Club (MSC). Melalui sebuah video viral yang diunggah di akun @majapahitstudyclub warganet dibuat heboh saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana wujud dari balung buto itu.
Mula-mula, sang perekam video menyoroti sebuah lahan persawahan yang ditanami jagung. Namun, di bawah pohon jagung yang sudah mengering itu terlihat banyak 'batuan' berwarna putih yang bentuknya sedikit aneh. Setelah menelisik lebih jauh, rupanya masyarakat sekitar menyebut batuan itu sebagai balung buto atau tulang raksasa. Konon, masyarakat mempercayai kalau balung buto itu merupakan tulang hewan yang ukurannya sangat besar.
"Kumpulan seperti tulang-belulang menumpuk di sebuah bukit hutan jati dan tanaman jagung. Masyarakat mengenalnya sebagai Balong Buto (Tulang Raksasa). Terletak di desa Lohgawe, Lengkong, Nganjuk, Jawa Timur. Bukit-bukit kecil ini memang penuh batu karang, fosil kerang, fosil mamalia purba, dan beberapa titik sumber mata air asin", tulis sang pengunggah video di kolom keterangan.
"Diduga sebuah proses pengangkatan koral dasar laut sejak zaman Miosen sekitar 23 juta tahun silam hingga menjadi perbukitan Kendeng Utara yang mulai dihuni oleh mamalia purba. Perbukitan kapur dengan mineral kapur yang meresap pada tulang-belulang dan berbagai cangkang hewan laut inilah menjadikannya fosil yang membatu", lanjutnya.
"Tumpukan fosil berbagai ukuran ini mengumpul di area sekitar 2.000 meter persegi. Membutuhkan kajian ilmiah dari para ahli untuk memecahkannya. Ataukah memang cerita dibalik Balong Buto telah nyibak fakta legenda yang ada di masyarakat?", pungkasnya.
Video singkat itu pun berujung menjadi sebuah kontroversi karena sang pengunggah video sempat menyebut balung buto itu sebagai fosil atau benda purbakala. Namun, tidak semua warganet sepakat dengan opini tersebut.
"Agak janggal informasinya... Kalau memang itu fosil, mengapa saat masa penanaman jagung di ladang tidak ditemukan lebih dahulu? Mengapa baru ditemukan saat umur jagung hampir panen? Seperti itu tulang memang sengaja dibakar dan dibuang di ladang itu, dan tidak mungkin juga jika tulang2 tersebut dibakar di TKP yg mengakibatkan lahan jagung juga ikut terbakar", kata akun @raflistmr mengungkapkan opininya soal balung buto yang ditampilkan dalam video.
"Para petani tidak ada yang berkepentingan soal fosil. Persepsi mereka ya Balong Buto (tulang raksasa)", balas akun @majapahitstudyclub selaku pengunggah video mengklarifikasi.
"Bagi orang2 desa fosil2 ke gt numbruk pun g ada pentingnya bgi mereka… tulang2 itu dari dulu pun masyarakat sekitar udah tau makanya ada penamaan balong buto.... yg bikin hebohkn orang2 yg belum tau kemudian di blow up ke media... jd masyarakatnya g fham kalo itu fosil yg cukup penting untuk diteliti", ujar akun @cwokeyen89 ikut menimpali komentar sebelumnya.
Untuk menengahi kontroversi yang terjadi, seorang warganet tampak memberikan saran berupa lengujian sederhana, apakah itu betulan fosil atau hanya batu biasa.
"Cb diteteskan HCL (asam klorida), kalau efeknya seperti air mendidih (berbusa dan berbuih) maka itu jenis batuan karbonat / limestones. Sementara tekstur spt tulang belulang, kemungkinan itu adl coral reef (terumbu karang). Batuan jenis ini common (biasa) ditemukan di zona Kendeng.. kemungkinan masuk Formasi Kujung", tutur akun @the_yello_baban.