Pengertian Majas yaitu salah satu unsur yang menarik dalam sebuah bacaan. Pengarang memiliki gaya yang berbeda-beda dalam menuangkan setiap ide tulisannya.
Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya mempunyai gaya yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat dikatakan, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang dihasilkannya.
Pengertian Majas Menurut Para Ahli
1. Dale dan Warriner
Majas adalah sebuah kiasan yang bisa mempengaruhi banyak efek. Pengaruh yang dimaksud mereka adalah pengaruh yang bisa dilakukan dengan cara membandingkan maupun mengenalkan secara umum.
Majas umumnya digunakan dalam bentuk kalimat yang pendek. Namun meskipun begitu, majas mempunyai nilai dan juga rasa yang mampu melahirkan konotasi tertentu. Selain itu, majas juga seringkali disebut sebagai kata imajinatif.
2. Keraf
Majas yaitu usaha dari seseorang yang mewakilkan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang khas. Dimana bahasa tersebut dapat menunjukkan kepribadian orang tersebut.
Keraf juga mengatakan bahwa terdapat tiga unsur dalam bahasa supaya terkesan lebih baik. Unsur tersebut antara lain, kejujuran, sopan santun, dan menarik.
3. Moeliono
Majas menurut Moeliono dibedakan berdasarkan gayanya. Dimana hal tersebut bertujuan untuk menghidupkan sebuah karangan.
Majas juga disebut sebagai denotasi yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah kata yang dialihkan. Tak hanya itu saja, majas juga kerap kali digunakan untuk membangkitkan indra pembaca seseorang.
4. Ratna
Majas mempunyai sebuah tujuan yaitu untuk menciptakan aspek keindahan di dalam sebuah karya sastra. Bagaimanapun juga, keindahan gaya dalam sebuah bahasa pada karya sastra adalah sebuah unsur pokok.
Sebab, karya sastra bisa digunakan sebagai genre yang dihasilkan dari peradaban manusia dan terbentuk karena aktivitas dan juga kreativitas seorang pengarang.
5. Aminudin
Majas merupakan salah satu gaya bahasa yang digunakan sebagai teknik dalam merangkai sebuah kalimat. Dimana nantinya kalimat yang tersusun bisa digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan gagasan sesuai dengan ide serta norma yang sudah ada.
Ia juga mengatakan bahwa majas dikemukakan sebagai wawasan retorika klasik yang dinilai sebagai perhiasan lahir.
Bentuk-Bentuk Majas
Menurut Depdiknas (2005) gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis.
Meskipun ada banyak macam gaya bahasa atau majas, namun secara sederhana gaya bahasa terdiri dari empat macam, yaitu majas perbandingan, majas penegasan, majas pertentangan, dan majas sindiran.
1. Majas perbandingan, meliputi: alegori, alusio, simile, metafora, sinestesia, antropomorfemis, antonomesia, aptronim, metonemia, hipokorisme, litotes, hiperbola, personifikasi, pars prototo, totum proparte, eufemisme, depersonifikasi, disfemisme, fabel, parabel, perifrase, eponim, dan simbolik.
2. Majas penegasan, meliputi: apofasis, pleonasme, repetisi, pararima, aliterasi, paralelisme, tautologi, sigmatisme, antanaklasis, klimaks, antiklimaks, inversi, retoris, elipsis, koreksio, sindeton, interupsi, eksklamasio, enumerasio, preterito, alonim, kolokasi, silepsis, dan zeugma.
3. Majas pertentangan, meliputi: paradoks, antitesis, oksimoron, kontradiksi interminus, dan anakronisme.
4. Majas sindiran, meliputi: ironi, sarkasme, sinisme, satire, inuendo, dan lain-lain (Depdiknas (2007).
Macam Majas dan Contohnya
1. Majas Perulangan
Majas perulangan yaitu majas yang cara cara melukiskan suatu keadaan dengan cara mengulang-ulang kata, frase, suatu maksud. Yang termasuk ke dalam majas ini antara lain majas anaphora, tautologi, repetisi, epifora, dan lain-lain.
a) Repetisi
Repetisi merupakan majas perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Majas repetisi ialah majas perulangan yang cara melukiskan suatu hal dengan mengulang-ulang kelompok kata atau frasa yang sama (Ducrot dan Todorov, 1981 : 279).
Contoh:
• Seumpama eidelwis akulah cinta abadi yang tidak akan pernah layu.
• Seumpama merpati akulah kesetiaan yang tidak pernah ingkar janji.
• Seumpama embun akulah kesejukan yang membasuh hati yang lara.
b) Kiasmus
Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat. Majas kiasmus merupakan bentuk majas perulangan yang isinya mengulang atau repetisi sekaligus merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat (Ducrot dan Todorov, 1981 : 277).
Contoh:
• Yang kaya merasa dirinya miskin, sedang yang miskin mengaku dirinya kaya.
• Sudah biasa dalam kehidupan sehari-hari, orang pandai ingin disebut bodoh, namun banyak orang bodoh mengaku pandai.
• Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.
c) Epizeukis
Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menegaskan.
Contoh :
• Kita harus bekerja, bekerja, dan terus bekerja untuk mengejar semua ketertinggalan kita. Ingat, kita harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat!
d) Tautotes
Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi.
Contoh : Kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru. Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.
e) Anafora
Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat. Majas anafora merupakan bentuk majas perulangan yang menempatkan kata atau frasa yang sama di depan suatu puisi (Suprapto, 1991 : 11).
Contoh :
• Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa.
• Kucari kau dalam toko-toko.
• Kucari kau karena cemas karena sayang.
• Kucari kau karena sayang karena bimbang.
• Kucari kau karena kau mesti disayang.
f) Epistrofa (efifora)
Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata atau frasa pada akhir baris atau kalimat berurutan. Majas epifora merupakan majas repetisi atau perulangan yang cara melukiskannya dengan menempatkan kata atau kelompok kata yang sama di belakang baris dalam bentuk puisi secara berulang (Suprapto, 1991 : 27).
Contoh :
• Kalau kau izinkan, aku akan datang.
• Jika sempat, aku akan datang.
• Jika kau terima, aku akan datang. Jika tak hujan, aku akan datang.
g) Simploke
Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut).
Contoh :
• Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku.
• Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.
• Ada selusin gelas ditumpuk ke atas tak pecah.
h) Mesodiplosis
Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.
Contoh :
• Para pembesar jangan mencuri bensin.
• Para gadis jangan mencuri perawannya sendiri.
• Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.
• Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.
i) Epanalepsis
Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat mengulang kata pertama.
Contoh :
• Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
• Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.
j) Anadiplosis
Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat berikutnya.
Contoh:
• Dalam baju ada aku, Dalam aku ada hati.
• Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.
• Dalam raga ada darah Dalam darah ada tenaga Dalam tenaga ada daya Dalam daya ada segalanya.
k) Pararima
Majas pararima merupakan pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. Pararima merupakan gaya bahasa yang pada mulanya menegaskan sesuatu yang dianggap kurang tepat kemudian diperbaiki.
Contoh:
• Sepertinya saya pernah menyampaikan hal ini dua hari yang lalu. Ah bukan, kemarin.
• Tujuan kami menghadap Pak Lurah, ingin mengadakan acara parade bedug, maksudnya meminta izin untuk mengadakan parade bedug.
l) Aliterasi
Sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada puisi. Aliterasi merupakan majas perulangan yang memanfaatkan purwakanti atau katakata yang suku kata awalnya memiliki persamaan bunyi (Suprapto, 1991: : 6).
Contoh:
• Mengalir, mengambus, mendesak, mengepung.
• Memenuhi sukma, menawan tubuh.
• Serasa manis semilir angin.
• Selagu merdu, dersik bayu.
• Kau keraskan kalbunya.
m) Asonansi
Asonansi ialah sejenis gaya bahasa perulangan yang berupa perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan.
Contoh:
• Segala ada menekan dada.
• Mati api di dalam hati.
• Harum sekuntum bunga rahasia.
• Dengan hitam kelam.
2. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah majas yang cara melukiskan keadaan apapun dengan menggunakan perbandingan antara satu hal dengan hal lain. Yang termasuk majas ini misalnya majas asosiasi, metafora, personifikasi, alegori, pleonasme, dan lain-lain.
a) Simile
Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa. Istilah simile berasal dari bahasa Latin simile yang bermakna seperti.
Contoh:
• Seperti air di daun talas.
• Wajahnya bagaikan bulan kesiangan.
• Umpama kucing dengan tikus.
• Laksana air dengan minyak.
b) Metafora
Metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang artinya memindahkan. Istilah metaphora diturunkan dari kata meta yang artinya di atas dan pherein yang artinya membawa (Tarigan, 1993 : 141).
Suatu majas yang sering lali menimbulkan penambahan kekuatan dalam suatu kalimat. Majas metafora membatu orang yang berbicara atau menulis untuk menggambarkan hal-hal dengan jelas, dengan cara membanding-bandingkan suatu hal dengan hal lain yang emiliki ciri-ciri dan sifat yang sama.
Contoh :
• Pustaka itu gudangnya ilmu, dan membaca adalah kuncinya.
• Kesabaran adalah bumi.
• Kesadaran adalah matahari.
• Keberanian menjelma kata-kata.
• Dan perjuangan adalah pelaksana kata-kata (sebuah bait yang diambil dari puisi Rendra).
c) Personifikasi
Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak.
Personifikasi merupakan pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Personifikasi adalah majas yang menerapakan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.
Personifikasi atau penginsanan adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan, pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia.
Contoh:
• Angin bercakap-cakap bersama daun-daun, bunga-bunga, kabut dan titik embun.
• Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk dengan erat sanubari bangsaku.
d) Depersonifikasi
Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya, seumpama.
Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. Depersonifikasi adalah majas yang berupa pembandingan manusia dengan bukan manusia atau dengan benda. Majas ini mirip dengan majas metafora.
Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.
e) Alegori
Alegori sering mengandung sifat-sifat moral spiritual. Biasanya alegori tersebut membangun cerita yang rumit dengan maksut yang terselubung. Cerita fabel dan parabel merupakan alegori-alegori yang pendek.
Alegori yaitu gaya basa yang memperlihatkan perbandingan yang utuh, yang membentuk kemanunggalan kang paripurna, merupakan rangkaian cerita yang dipergunakan sebagai perlambang untuk mendidik atau menerangkan suatu hal.
f) Alusio
Alusio merupakan pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Alusio adalah gaya bahasa yang menampilkan adanya persamaan dari sesuatu yang dilukiskan yang sebagai referen sudah dikenal pembaca.
Contoh: Bandung dikenal sebagai Paris Jawa.
g) Antitesis
Secara kalamiah antitesis diturunkan dari kata ‘antithesis’ yang artinya ‘musuh yang cocok’ atau pertentangan sang yang benar-benar (Poerwadarminta, 1976 : 52).
Majas antitesis tersebut sejenis majas yang sengaja mengadakan komparasi (perbandingan) antara dua antonim (yaitu dua kata yang memiliki ciri semantik yang sebaliknya). Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan.
Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.
h) Pleonasme
Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebesarnya tidak perlu. Pleonasme merupakan majas yang dipergunakan dengan cara menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh: Dia turun ke bawah, Dia turun.
i) Tautologi
Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu. Tautologi merupakan pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berulang dengan kata-kata yang maknanya sama supaya diperoleh pengertian yang lebih mendalam.
Tautologi merupakan suatu majas perulangan yang cara melukiskanya dengan mengulang-ulang kata yang ada dalam kalimat (Suprapto, 1991 : 85). Contoh : Tak ada badai tak ada topan, tiba-tiba saja ia marah.
j) Perifrasis
Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.
Perifrase merupakan ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. Parifrasis adalah majas yang berfungsi menggantikan serangkaian kata yang mempunyai arti sama.
Contoh:
• Nissa telah menyelesaikan sekolah dasarnya tahun 2008 (lulus).
• Kelima orang itu segera meninggalkan kampung kita (diusir).
• Ia telah dipanggil Sang Maha Pemilik Hidup (meninggal).
k) Antisipasi (prolepsis)
Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi. Prolepsis adalah majas yang menggunakan kalimat pendahuluan tetapi makna sebenarnya akan diketahui belakangan.
Contoh:
Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan.
l) Koreksio (epanortosis)
Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah.
Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. Dipakai untuk membetulkan kembali apa yang salah diucapkan baik yang disengaja maupun tidak.
Contoh:
Dia adikku! Eh, bukan, dia kakakku!
m) Antropomorfisme
Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Majas Antropomorfisme adalah majas Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Contoh:
Mulut gua itu sangat sempit.
n) Sinestesia
Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Dalam majas sinestesis, perbandingan dilakukan dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang dapat dirasakan oleh panca indera.
Contoh:
• Kau tau ketika aku membongkar niat buruknya. Ia hanya terdiam, wajahnya berubah total, memucat masam.
o) Antonomasia
Majas antonomasia merupakan penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Majas perbandingan yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama asli dari benda tersebut, melainkan dari salah satu sifat benda tersebut.
Contoh:
• Hei Jangkung!
• Si Pintar
• Si Gemuk
• Si Kurus
p) Aptronim
Majas Aptronim merupakan majas yang digunakan dalam pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh :
Sulit kalau bicara dengan Si Bolot, orang bertanya ke mana dijawab ke mana.
q) Metonimia
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Apabila sepatah kata atau sebuah nama yang berasosiasi dengan suatu benda dipakai untuk menggantikan benda yang dimaksud. Metonemia adalah bahasa kiasan dalam bentuk penggantian nama atas sesuatu.
Contoh:
• Kita harus bersyukur tinggal di negeri Zamrud Khatulistiwa yang elok permai ini.
• Panda banyak terdapat di negeri Tirai Bambu.
3. Majas Pertentangan
Majas pertentangan yaitu majas yang cara melukiskan hal apapun dengan mempertentangkan antara hal yang satu dengan hal yang lainnya.
Yang termasuk ke dalam jenis majas ini antara lain hiperbola, litotes, oksimoron, paronomasia, ironi, paralipsis, dan lain-lain.
a) Hiperbola
Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Hiperbola merupakan pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Adalah sepatah kata yang diganti dengan kata lain yang memberikan pengertian lebih hebat daripada kata lain.
Contoh:
• Harga-harga sudah meroket.
• Ketika mendengar berita itu, mereka terkejut setengah mati.
• Saya ucapkan beribu-rbu terima kasih atas perkenan Bapak dan Ibu menghadiri undangan panitia.
b) Antitesis
Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Majas pertentangan yang menggunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh:
Tua muda, besar kecil, semuanya hadir di tempat itu.
c) Anakronisme
Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya. Anakronisme merupakan majas yang mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan waktu kejadian yang dibicarakan (anakronisme, ana = mundur; chronos = waktu).
Biasanya majas ini digunakan untuk menceritakan sesuatu yang telah terjadi (masa lalu atau sejarah) dan menambahkan unsur-unsur yang belum ada kala itu dalam menyatakan sesuatu.
Contoh :
• Sambil menyalakan TV, sekali-sekali Hang Tuah melirik jam tangan Titusnya. Sementara tidak jauh, tampak Hang Jebat sedang bermain golf.