Kata syukur yang dikutip oleh ida Fitria Shohibah dalam kamus kontemporer Arab-Indoneisia, berasal dari bahasa arab dengan kata dasar “Syakara” yang artinya berterima kasih, bentuk masdar dari kalimat ini adalah syukr, syukraan yang artinya rasa terima kasih.
Pengertian Syukur
Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufur-an adalah menyembunyikannya.
Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan.
Menurut sebagian ulama, syukur berasal dari kata “syakara”, yang artinya membuka atau menampakkan. Jadi, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat Allah yang dikaruniakan padaNya, baik dengan cara menyebut nikmat tersebut atau dengan cara mempergunakannya di jalan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Pengertian Syukur Menurut Para Ahli
1. Al Fauzan (2012: 15)
Orang yang bersyukur adalah orang yang mengakui nikmat Allah dan mengakui Allah sebagai pemberinya, tunduk kepada-Nya, cinta kepada-Nya, ridha terhadap-Nya, serta mempergunakan nikmat itu dalam hal yang disukai Allah dalam rangka taat kepada-Nya.
2. Ibnu Manzhur (dalam Al-Fauzan, 2012: 13)
Syukur adalah membalas kenikmatan (Kebaikan orang lain) dengan ucapan, perbuatan, dan niat. Seseorang harus menyampaikan pujian (sanjungan) kepada yang memberinya dengan ucapan, dengan ketaatan sepenuhnya, serta berkeyakinan bahwa yang memberinya itu adalah tuannya.
3. Ibnul Qayyim (dalam Al Fauzan, 2012: 47)
Syukur itu adalah tunduk dan taat kepada aturan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan yang disukai-Nya baik lahir maupun batin.
4. Asy Syibli (dalam Al-ghazali, 2003: 401)
Syukur adalah melihat kepada orang yang memberi kenikmatan, tidak melihat kenikmatan.
5. Imam Al-Ghazali
Syukur yakni menggunakan nikmat-nikmat yang diperoleh pada hal-hal yang disukai Allah SWT. Dan ketika seseorang tidak menggunakan nikmat pada hal yang disukaiNya, melainkan sebaliknya maka itu dikatakan sebagai orang yang kufur nikmat.
Aspek-Aspek dalam Bersyukur
Menurut McCullough mengungkapkan aspek-aspek bersyukur terdiri dari empat unsur, yaitu :
a. Intensity, seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens bersyukur.
b. Frequency, seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur akan merasakan banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan mendukung tindakan dan kebaikan sederhana atau kesopanan,
c. Span, maksudnya adalah dari peristiwa-peristiwa kehidupan bisa membuat seseorang merasa bersyukur, misalnya merasa bersyukur atas keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll.
d. Density, maksudnya adalah orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih banyak nama-nama orang yang dianggap telah membuatnya bersyukur, termasuk orang tua, teman, keluarga, dll.
Hakikat Syukur
Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara, yakni :
1. Ilmu
Yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT dan yang lain hanya sebagai perantara untuk sampainya nikmat, sehingga akan selalu memuji Allah SWT dan tidak akan muncul keinginan memuji yang lain. Sedangkan gerak lidah dalam memuji-Nya hanya sebagai tanda keyakinan.
2. Hal (Kondisi Spiritual)
Yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi melahirkan jiwa yang tentram. Membuatnya senantiasa senang dan mencintai yang memberi nikmat, dalam bentuk ketundukan, kepatuhan. Mensyukuri nikmat bukan hanya dengan menyenangi nikmat tersebut, melainkan juga dengan mencintai yang memberi nikmat yaitu Allah SWT.
3. Amal Perbuatan
Ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan, yaitu hati yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan yang menampakkan rasa syukur dengan pujian kepada Allah SWT dan anggota badan yang menggunakan nikmat-nikmat Allah SWT dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Alasan Mengapa Syukur Muncul
Al-Munajjid menjelaskan bahwa syukur dapat muncul dikarenakan 3 aspek, yaitu :
1. Mengenal Nikmat
Menghadirkan dalam hati, menyadari dan meyakinkan bahwa segala sesuatu dan keajaiban yang kita miliki dan lalui merupakan nikmat Allah SWT.
2. Menerima Nikmat
MenyebutNya dengan memperlihatkan kefakiran kepada yang memberi nikmat dan hajat kepada-Nya, karena memahami bahwa nikmat itu bukan karena keberkahan kita mendapatkannya akan tetapi karena itu bentuk karunia dan kemurahan Tuhan.
3. Memuji Allah atas Pemberian Nikmat
Pujian yang berkaitan dengan nikmat itu ada 2 macam, yang pertama bersifat umum yaitu dengan memujiNya bersifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberianNya dan sebagainya.
Sedangkan yang kedua adalah bersifat khusus yaitu membicarakan nikmat yang diterima itu dengan lisan dan menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang diridha-iNya.
Bentuk dan Perwujudan dari Syukur
Al Fauzan (2012: 39) mengatakan syukur dilakukan dengan tiga hal, diantaranya yaitu :
1. Syukur Dengan Hati
Pengakuan hati bahwasannya semua nikmat itu datangnya dari Allah, sebagai kebaikan dan karunia Sang Pemberi nikmat kepada hamba-Nya. Syukur dengan hati akan membuat seseorang merasakan keberadaan nikmat itu pada dirinya, hingga ia tidak akan lupa kepada Allah Pemberinya.
Ketahuilah bahwasannya tidak sempurna tauhid seorang hamba hingga ia mengakui bahwa semua nikmat lahir dan batin yang diberikan kepadanya dan kepada makhluk lainnya, semua itu berasal dari Allah, kemudian ia 18 menggunakannya untuk taat dan mengabdi kepada-Nya ( Al Fauzan, 2012: 39).
2. Syukur Dengan Ucapan (Lisan)
Menyanjung dan memuji Allah atas nikmat-Nya dengan penuh kecintaan, serta menyebut-nyebut nikmat itu sebagai pengakuan atas karuniaNya dan kebutuhan terhadapnya, bukan karena riya, pamer atau sombong. Dengan cara demikian, hati dan anggota tubuh dapat tergugah untuk bersyukur (Al-Fauzan, 2012: 45).
Syukur dalam bentuk ucapan ini seringkali berwujud dzikir. Al-Fauzan (2012: 45) mengatakan syukur dengan ucapan yang berhubungan dengan nikmat itu ada dua macam :
1). Bersifat umum, yaitu menyifati Allah dengan sifat kedermawanan, kemuliaan, kebaikan, kemurahan dan lain sebagainya dari sifat-sifatNya yang sempurna.
2). Bersifat khusus, yaitu dengan menyebut-menyebut nikmat-Nya serta mengabarkannya kepada orang-orang bahwa nikmat itu datangnya dari Allah.
3. Syukur Dengan Anggota Badan (Perbuatan)
Sebagian ulama memberi penjelasan singkat mengenai pengertian syukur dengan anggota badan (perbuatan), yaitu senantiasa melaksanakan ketaatan dan berusaha menghindari kesalahan (Al-Fauzan, 2012: 47).
As-Subki mengatakan dalam kitab Ma’id al-Ni’am , “Syukur dengan perbuatan adalah dengan melaksanakan segala yang diperintahkan Allah Pemberi nikmat dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Aturannya adalah gunakan nikmat-nikmat Allah itu untuk taat kepada-Nya dan menghindarkan diri dari menggunakannya dalam berbuat maksiat kepada-Nya. Bukan syukur nikmat namanya, jika nikmat itu disia-siakan atau digunakan bukan pada tempat semestinya” (dalam Al-Fauzan, 2012: 48).
Syukur dengan anggota badan, artinya anggota tubuh digunakan untuk beribadah kepada Allah Tuhan semesta Alam karena masing-masing anggota tubuh memiliki kewajiban beribadah.
Manfaat Syukur
Manfaat syukur itu kembali pada orang yang bersyukur, kebaikan yang ada kembali pada mereka yang bersyukur, sebagaimana dalam surat An-Naml ayat 40.Sayyid Quthub yang dikutib oleh Ahmad Yani, menyatakan empat manfaat bersyukur yakni :
• Menyucikan Jiwa
Bersyukur dapat menjaga kesucian jiwa, sebab menjadikan orang dekat dan terhindar dari sifat buruk, seperti sombong atas apa yang diperolehnya.
• Mendorong jiwa untuk beramal shalih
Bersyukur yang harus ditunjukkan dengan amal sholih membuat seseorang, selalu terdorong untuk memanfaatkan apa yang diperolehnya untuk berbagai kebaikan. Semakin banyak kenikmatan yang diperoleh semakin banyak pula amal sholih yang dilakukan.
• Menjadikan orang lain Ridha
Dengan bersyukur, apa yang diperolehnya akan berguna bagi orang lain dan membuat orang lain ridho 10 kepadanya. Karena menyadari bahwa nikmat yang diperoleh tidak harus dinikmati sendiri tapi juga harus dinikmati oleh orang lain, sehingga hubungan dengan orang lain pun menjadi baik.
• Memperbaiki dan memperlancar interaksi sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan yang baik dan lancar merupakan hal yang amat penting. Hanya orang yang bersyukur yang bisa melakukan upaya memperbaiki dan memperlancar hubungan sosial karena tidak ingin menikmati sendiri apa yang telah diperolehnya.