Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris).
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.[1] Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30-60 cm saat dewasa.
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.
Karena bernilai ekonomis tinggi tetapi butuh lama untuk bisa dipanen, LIPI dan BATAN melakukan rekayasa genetik terhadap pohon jati. Hasilnya Jati Platinum.
Jati Platinum LIPI adalah hasil rekayasa genetika dengan cara mutasi radiasi sinar Gamma bekerja sama dengan BATAN yang kemudian diperbanyak dengan kultur jaringan sehingga mutu bibitnya seragam. Jati platinum hasil riset ini bisa mencapai diameter 30 cm hanya dalam waktu lima tahun sehingga bisa dipanen sebagai veneer untuk bahan bangunan.
Jati bisa membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk bisa diambil kayunya sebagai kusen, tapi jati platinum ini hanya dalam waktu lima tahun. Jati platinum cepat berbunga dan berhenti tumbuh secara vegetatif dan membuat diameter pohonnya membesar secara cepat. Selain itu, jati platinum tumbuh menjulang hingga 5-6 meter sebelum mulai bertunas ke samping sehingga kualitas kayu jati menjadi baik.
Penanaman jati platinum memberikan keuntungan karena dengan bibit seharga Rp.10.000,- dalam 5-10 tahun akan menjadi tanaman dengan diameter 30 cm setinggi 6 meter atau berarti didapat volume 0,42 meter kubik. Semisal dengan harga jati di pasaran sampai Rp 20 juta per meter kubik, potensi penghasilan bisa berlipat-lipat.
Selain memberi keuntungan ekonomi, menanam empat miliar pohon jati platinum di seluruh Indonesia akan mampu memenuhi komitmen nasional mereduksi emisi karbon hingga 26 persen sampai 2020 atau setara 0,67 giga ton karbon. Setiap hektar pohon jati yang berusia maksimal 10 tahun ini bisa menyerap karbon 170 ton C berat jenis 0,8 C konten 0,5.