5 Cerita Menarik Soal Komodo yang Jarang Diketahui

"Fakta menarik Komodo"

Pulau Komodo sedang ramai menjadi perbincangan di jagat media sosial. Hal ini setelah foto Komodo sedang berhadap-hadapan dengan sebuah truk beredar di media sosial.

Foto tersebut diambil di Pulau Rinca, salah satu pulau tempat habitat asli Komodo yang masih masuk ke kawasan Taman Nasional Komodo. Komodo atau juga disebut biawak komodo (Varanus komodoensis) adalah spesies biawak terbesar di dunia yang terdapat di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
TamanPendidikan.com

Foto: Pulau Komodo Wikipedia.jpg

Nah soal komodo ini ada beberapa cerita dan fakta menariknya yang masih jarang diketahui. Berikut cerita dan fakta menarik seputar Komodo ini:

1. Punya Saudara Kembar Manusia
TamanPendidikan.com

Foto: Pulau Rinca Wikipedia.jpg

Dalam cerita warga lokal, diceritakan seorang pria jatuh cinta dengan seorang putri naga. Mereka kemudian menikah dan dikaruniai sepasang anak kembar, seorang gadis naga (komodo) yang bernama 'Orah' dan manusia yang bernama 'Gerong.'

Orah tinggal di hutan sedangkan Gerong tinggal bersama manusia pada umumnya. Masing-masing tumbuh besar tanpa sepengetahuan satu sama lain.

Suatu hari, saat sedang berburu di hutan, Gerong bertemu dengan seekor komodo yang kuat. Ketika akan membunuhnya dengan tombaknya, tiba-tiba Putri Naga muncul dan mengatakan kepadanya bahwa hewan tersebut adalah saudari kembarnya sendiri.

Sejak saat itu, penduduk sekitar memperlakukan komodo dengan baik. Hewan tersebut berkeliaran bebas di hutan, memakan babi hutan, rusa, dan hewan lain tanpa boleh diganggu gugat.

2. Komodo Sepanjang 6-9 Meter
TamanPendidikan.com

Sumber foto https://reversehomesickness.com/asia/habitat-of-komodo-dragon/

Ilmuwan Amerika Serikat, William Douglas Burden mendarat di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur pada tahun 1926. Ekspedisinya di awal abad ke-20 ini tidak dilakukan sendiri. Burden membawa istri dan sejumlah ilmuwan termasuk Dr. E.R. Dunn, herpetologis atau seorang zoologi yang mempelajari reptil dan amfibi.

Burden mendapat dukungan dari Museum Sejarah Alam Amerika Serikat untuk penelitiannya ini. Sejak pertama tiba di Pulau Komodo, Burden dibuat takjub oleh kondisi alamnya. Dalam Buku 'Dragon Lizards of Komodo: an Expedition to the Lost World of the Dutch East Indies', Burden menuliskan pengalamannya tinggal di sana.

Juni 1926, Burden dan seluruh anggota ekspedisi mendarat di Telok Sawa (Teluk Slawi). Setelah berbulan-bulan berada di laut, mereka akhirnya bisa mencapai daratan yang dicari. Bergegas Burden membangun perkemahan di sana. Meski hanya bermodalkan kayu dan anyaman daun, ia berhasil mendirikan tempat tinggal sementara.

Untuk bahan makanan sendiri tidak menjadi soal untuk mereka karena rusa dan babi hutan dalam jumlah besar berkeliaran di seluruh pulau. Bahkan, tanaman konsumsi pun melimpah. Sebagai seorang yang senang berburu, Burden mendapat tugas mengumpulkan bahan makanan. Suatu waktu, ketika sedang berburu rusa, Burden bertemu dengan komodo pertama dalam hidupnya. Pada sebuah bukit landai yang ditumbuhi rerumputan pendek, reptil raksasa itu berjalan mencari buruannya.

"Seekor monster zaman purba di sebuah lingkungan primitif cukup untuk membuat jantung setiap pemburu berdegup kencang. Jika saja ia hanya berjalan dengan kaki belakangnya, seperti yang baru saja saya tahu bahwa mereka ternyata benar-benar bisa melakukannya, maka gambaran seekor dinosaurus ini akan lengkap," ujar Burden.

Komodo pertama yang dilihat Burden ini diperkirakan memiliki panjang antara 20-30 kaki (sekitar 6-9 meter). Lidahnya berwarna kuning terjulur keluar masuk berkali-kali. Kepala besarnya berayun ke kiri dan ke kanan. Burden terkejut dengan gerakannya yang cukup cepat untuk ukuran hewan sebesar itu.

Setelah diamati lebih dalam, terlihat ada sejumlah bekas luka di tubuhnya. Si peneliti menduga reptil ini belum lama terlibat dalam pertarungan dengan sesamanya. Meski hanya mengamati dari kejauhan, Burden yakin bahwa si komodo sulit didekati. Warna tubuhnya yang begitu hitam memberi kesan hewan itu tidak ramah.

Esok harinya Burden kembali ke tempat ia menemukan reptil pertamanya bersama sejumlah anggota tim. Ia bermaksud mengabadikannya. Namun setelah beberapa waktu menunggu, ia tidak berhasil mendapatkan apa yang dicari. Ia hanya bertemu seekor komodo yang setelah diukur panjangnya tidak lebih dari 3 meter, jauh lebih kecil dari reptil yang dia temui di hari sebelumnya.

Meski tidak menemukan komodo besar yang dimaksud, Burden tetap melanjutkan penelitiannya di pulau tersebut. Jika biasanya ia membawa reptil besar itu dalam keadaan mati, kali ini Burden mencoba menangkapnya hidup-hidup. Namun proses penangkapan hewan itu tidak mudah. Hingga pada percobaan kesekian kali, tim ekspedisi dari Amerika Serikat itu akhirnya berhasil menangkap satu komodo berukuran sedang.

3. Disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika
TamanPendidikan.com

Museum Sejarah Alam Amerika Wikipedia.jpg

Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Namanya meluas setelah tahun 1912, ketika Pieter Antonie Ouwens, direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan jurnal tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini. Komodo pun menjadi adalah faktor pendorong dilakukannya ekspedisi ke pulau Komodo oleh W. Douglas Burden pada tahun 1926.

Setelah kembali dengan 12 spesimen yang diawetkan dan 2 ekor komodo hidup. Douglas Burden adalah orang yang pertama memberikan nama 'Komodo dragon' kepada hewan ini. Tiga dari spesimen komodo yang diperolehnya diawetkan menjadi hewan pajangan dan hingga kini masih disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika.

4. Menginpirasi Film Kingkong
TamanPendidikan.com

Foto: Komodo Makan Kambing di Kebun Binatang Surabaya Wikipedia.jpg

Film King Kong yang dirilis tahun 1933 berkisah tentang seekor gorila raksasa yang hidup di sebuah pulau prasejarah tak dikenal. King Kong tersebut kemudian dibawa ke New York dan akhirnya mati di atas Empire State Building. 

Namun sang penulis, Merian C. Cooper, awalnya tidak mendapat ide tersebut sampai dia melihat Douglas Burden. Burden dikenal karena ekspedisi untuk menangkap komodo hidup-hidup dan membawanya ke kebun binatang New York. Tidak lama setelah sampai di Amerika, dua komodo pertama yang dibawanya mati.

5. Bisa Bertelur Tanpa Pejantan
TamanPendidikan.com

Foto: Komodo Wikipedia.jpg

Selain proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis). Seekor komodo di Kebun Binatang London, bertelur pada awal tahun 2006 setelah dipisah dari jantan selama lebih dari dua tahun. 

Ilmuwan pada awalnya mengira bahwa komodo ini dapat menyimpan sperma beberapa lama dari hasil perkawinan dengan komodo jantan pada waktu sebelumnya, suatu adaptasi yang dikenal dengan istilah superfekundasi.

Pada tanggal 20 Desember 2006, dilaporkan bahwa komodo yang hidup di Kebun Binatang Chester, Inggris adalah komodo kedua yang diketahui menghasilkan telur tanpa fertilisasi (pembuahan dari perkawinan). Komodo itu mengeluarkan 11 telur, dan 7 di antaranya berhasil menetas.

Peneliti dari Universitas Liverpool di Inggris utara melakukan tes genetika pada tiga telur yang gagal menetas setelah dipindah ke inkubator, dan terbukti bahwa komodo betina itu tidak memiliki kontak fisik dengan komodo jantan. 

Pada 31 Januari 2008, Kebun Binatang Sedgwick County di Wichita, Kansas menjadi kebun binatang yang pertama kali mendokumentasi partenogenesis pada komodo di Amerika. Kebun binatang ini memiliki dua komodo betina dewasa, yang salah satu di antaranya menghasilkan 17 butir telur pada 19-20 Mei 2007. Hanya dua telur yang diinkubasi dan ditetaskan karena persoalan ketersediaan ruang; yang pertama menetas pada 31 Januari 2008, diikuti oleh yang kedua pada 1 Februari 2008. Kedua anak komodo itu berkelamin jantan.


Baca Berita yang lain di Google News



Our Network