Orang mengenalnya dengan sebutan BJ Habibie. Padahal di depan namanya berjejer titel yang cukup membanggakan. Prof DR (HC) Ing Dr Sc Mult Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.
Jauh sebelum BJ Habibie menjadi presiden ke-3 Indonesia, Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936 ini sudah melalang buana dalam dunia penerbangan. Habibie bahkan menemukan teori penting yang hingga hari ini masih digunakan di semua industri penerbangan di seluruh dunia.
Habibie menempuh pendidikan teknik penerbangan di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH), Jerman. Habibie memulai pendidikannya di Jerman tahun 1955 dan menuntaskannya tahun 1965. Selama 10 tahun itulah suami dari Hasri Ainun Besari ini menyelesaikan studi hingga menyandang gelar doktor di bidang teknik penerbangan.
Teori penemuan Habibie itu disebut crack progression theory. Teori ini begitu penting dalam dunia penerbangan. Crack progression theory merupakan teori yang digunakan untuk memprediksi titik mula retakan pada sayap pesawat terbang. BJ Habibie sukses membuat dan merumuskan perhitungan yang sangat detail dan presisi hingga tahapan atom.
Teori milik Habibie merupakan salah satu penemuan paling penting dan mengejutkan dalam dunia penerbangan. Lalu apa crack progression theory ini?
Sayap pesawat terbang yang kokoh ternyata memiliki struktur yang berongga-rongga. Bagian struktur sayap pesawat ini berfungsi untuk menahan tekanan besar dan terus menerus saat pesawat sedang beroperasi.
Sayap pesawat dipaksa memikul beban berat saat pesawat take off, landing, hingga saat mengalami turbulensi di atas udara. Bagian sayap memang dirancang salah satunya untuk menahan beban yang besar dan dalam waktu terus menerus.
Pesawat biasanya mengalami kelelahan pada bagian antara penghubung sayap dan badan utama pesawat terbang. Hal ini sudah tentu karena ke dua bagian ini sering kali melakukan pekerjaan besar saat take off, landing, dan turbulensi.
Hal inilah yang membuat timbulnya retakan atau crack. Awal retakan biasanya berukuran 0,005 milimeter dan terus menjadi besar dan bercabang. Jika tidak juga terdeteksi, retakan ini akan sangat mengancam dan bisa saja langsung patah saat take off. Sungguh sangat membahayakan.
Pada masanya, masalah ini cukup sulit dipecahkan oleh para ilmuwan penerbangan. Selama kurang lebih 40 tahun, para pekerja dalam dunia penerbangan tidak pernah tahu mengenai kerusakan yang ada di sayap pesawat. Keterbatasan alat pada masanya juga membuat hal ini sulit ditangani hingga menimbulkan kecelakaan pesawat secara terus menerus.
Hingga akhirnya BJ Habibie muncul dan mengungkap titik awal retakan berdasarkan hasil penghitungannya. Teori BJ Habibie ini dipakai oleh seluruh industri penerbangan dunia. Berdasarkan perhitungan tersebut, risiko kecelakaan menjadi berkurang dan proses perawatan menjadi lebih mudah serta murah.
Berkat teori ini juga BJ Habibie sukses menjabat sebagai vice president di salah satu industri penerbangan terbesar di Jerman yaitu Messerchmitt Boelkow Blohm GmbH (MBB). Crack progression theory yang dibuat BJ Habibie membuatnya menjadi satu-satunya orang non-Jerman yang mampu menduduki posisi vice president di perusahaan tersebut.