Pandemi corona Covid-19 memberikan pengaruh besar pada dunia pendidikan di Indonesia. Pemerintah telah menghimbau seluruh sekolah di Indonesia ditutup sementara. Proses pembelajaran dilakukan secara daring atau online di rumah.
Presiden Joko Widodo telah membuat kebijakan bekerja di rumah, belajar di rumah dan ibadah di rumah. Kebijakan ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran corona Covid-19.
Dukungan dari pemerintah
Untuk mendukung berjalannya belajar daring atau online, Kemendikbud menyediakan layanan Rumah Belajar yang siap mendampingi peserta didik di seluruh Indonesia. Dukungan belajar online juga diberikan olah Ruang Guru dan Ilmu Pedia. Ruang Guru dan Ilmu Pedia bekerja sama dengan Telkomsel untuk menunjang kebutuhan kuota bagi siswa secara gratis.
Pada senin, 16 Maret 2020 Telkomsel mengumumkan jika pihaknya telah memberikan 30 GB secara gratis bagi para pelanggannya. Paket kuota gratis ini bisa didapatkan secara cuma-cuma melalui aplikasi My Telkomsel. Caranya cukup mudah yakni, pertama-tama membuka aplikasi My Telkomsel (kalau belum punya bisa download di Play Store/App Store), kedua pilih beli paket, ketiga pilih internet kemudian beli. Telkomsel menyediakan dua layanan bebas akses yakni bebas akses Ruang Guru dan bebas akses Ilmu Pedia.
Kendala mengajar online
Meskipun banyak dukungan dari pemerintah, beberapa lembaga pendidikan dan beberapa provider internet, kendala dalam menerapkan belajar online ini tidak bisa dipungkiri.
Pada proses pembelajaran jarak jauh atau online, banyak kendala atau keluhan yang ditemukan, baik dari guru maupun dari siswanya sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Diah Agustina S.Pd, salah satu guru yang mengajar di MTS Bantul. Agustina mengatakan kendala yang dihadapi selama mengajar secara online adalah tidak semua siswa memiliki handphone (HP). Mengingat HP adalah salah satu penunjang utama pada proses belajar mengajar online.
Sedangkan kendala yang dihadapi oleh siswa yang mengambil kelas tahfidz adalah terkendala apabila siswa mengumpulkan hafalan. Jika biasanya siswa menyetor langsung hafalannya ke wali kelasnya, tapi dengan belajar online siswa menghafal di rumah dengan bimbingan orangtua, kemudian video hasil hafalan atau bimbingannya akan dikirim ke guru kelas.
Hal serupa juga dialami oleh Ulfiana Zahratun Nafi’ah S.Pd, salah satu guru Sekolah Dasar di Bekasi.
Siswa belum bisa menggunakan Clasroom maupun aplikasi yang lain kecuali WhatsApp. Satu-satunya jalan supaya pembelajaran online dapat tecapai adalah melalui via WhatsApp. Via WhatsApp juga banyak kendala seperti ketika video call, kadang jaringan tidak stabil sehingga penjelasan susah ditangkap oleh siswa.
Ulfiana juga mengatakan dia mengalami kendala saat mengajar mata pelajaran Matematika. Dalam pembelajaran Matematika, Ulfiana harus menjelaskan langkah-langkah mengerjakan soal melalui video dan voice note. Hal ini sulit dilakukan karena tidak semua siswa dapat memahaminya. Penjelasan melalui video dan voice note juga dipermasalahkan oleh orangtua siswa karena untuk mendownloadnya menggunakan kuota yang banyak.
Dalam pembelajaran, anak SD seharusnya dibimbing secara langsung, mengingat bahwa siswa Sekolah Dasar masih berada pada tahap perkembangan sehingga butuh bimbingan khusus.
Pembelajaran daring atau online ini tidak semuanya dipahami oleh orangtua siwa. Orangtua siswa sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Padahal selama belajar online bimbingan orangtua sangat diperlukan. Orangtua menyalahkan guru karena merasa tugas yang diberikan ke anaknya kebanyakan, padahal tugas sudah dikurangi 50%, tutur Ulfiana.
Selain belajar dari rumah, pandemi corona Covid-19 juga memaksa UNBK 2020 ditiadakan.
Pada 23 Maret yang lalu pemerintah telah memutuskan untuk meniadakan Ujian Nasional 2020. Ketetapan ini tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease. DPR dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sepakat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) ditiadakan untuk melindungi siswa dari COVID-19.
Dikutip dari laman resmi Kemdikbud “Mendikbud menyebutkan, dalam masa darurat penyebaran Covid-19 syarat penentu kelulusan siswa bisa dengan mengadakan ujian sekolah (US), dengan syarat US tidak mengumpulkan siswa secara fisik atau US bisa dilakukan secara daring. Jika sekolah tidak siap mengadakan US daring, US dilakukan dalam bentuk portofolio nilai rapor dan prestasi yang diperoleh sebelumnya, penugasan, dan/atau bentuk asesmen jarak jauh lainnya.”
Dampak corona bagi Perguruan Tinggi
Pandemi corona Covid-19 tidak hanya memberikan dampak di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, namun juga memberikan pengaruh besar bagi Perguruan Tinggi di Indonesia. Salah satu pengaruh besar pandemi corona Covid-19 bagi mahasiswa yaitu, kelulusan yang tertunda. Banyak sekali mahasiswa yang menghentikan penelitiannya karena sekolah ditutup sementara, proses pembelajaran di lakukan di rumah. Sehingga mahasiswa yang sedang penelitian maupun yang mau penelitian terpaksa ditunda.
Selain memberikan dampak kepada mahasiswa yang sedang penelitian, corona Covid-19 juga memberikan dampak kepada mahasiswa yang sedang ujian tugas akhir.
Beberapa hari yang lalu viral video seorang mahasiswa bernama Achmad Mustofa, mahasiswa jurusan Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Surabaya sedang ujian skripsi melalui video call.
Dilihat dari videonya, Mustofa melakukan ujian skripsi di kamar kos. Seperti ujian pada umumnya, Mustofa mengenakan setelan pakaian jas dan kemeja putih lengkap dengan dasi di hadapan tiga dosen pengujinya.
Seharusnya ujian skripsi ini dilakukan secara tatap muka, namun dengan adanya virus corona maka ujian harus dilakukan secara online atau video call.
Meskipun melalui video call, Mustofa tetap tegang mempertanggung jawabkan tugas akhirnya di hadapan para penguji. Alhamdulillah, Mustofa menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari pengujinya dengan lancar.
Pandemi corona Covid-19 tidak hanya meninggalkan luka bagi mahasiswa yang masih kuliah, namun juga menggoreskan luka di hati bagi mahasiswa yang sudah sukses meraih gelar di kampusnya masing-masing. Mahasiswa yang sudah lulus harus rela menerima kenyataan perayaan kelulusannya yakni wisuda harus ditunda.
Momen wisuda ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggu karena memberikan kesan tersendiri baik dari mahasiswa maupun dari orangtua mahasiswa. Momen wisuda ini selalu diabadikan melalui foto kenang-kenangan bersama keluarga maupun dengan orang terkasih.
Inilah dampak corona Covid-19 terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Semoga bencana ini segera berakhir supaya sistem pendidikan kembali normal dan aktivitas dapat berjalan dengan lancar sebagaimana semestinya.