Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Bersumber dari Pancasila

"Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pancasila"

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata charassein yang bermakna mengukir atau memahat. Selain memahat, charassein juga dapat dipakai untuk menunjukkan cap yang dihasilan dari besi panas, yang ditempelkan ke binatang ternak sebagai penanda untuk pemiliknya.

Dari sejarah inilah muncul pengertian karakter yakni, ciri khusus atau pola perilaku individu yang tetap dan sulit diubah.

John Sewey berpendapat bahwa karakter merupakan hal yang lumrah dalam teori pendidikan. Pembentukan karakter merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah.

Kepmendiknas mendefinisikan  karakter sebagai nilai-nilai yang khas baik (nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.

Pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas pemerintah untuk melakukan revolusi karakter bangsa.

Program prioritas pemerintah ini kemudian diimplementasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak tahun 2016.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menegaskan di eranya bahwa Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter sebagai fondasi dan ruh utama pendidikan.

Sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi dasar ideologi-ideologi negara Indonesia, maka di dalam pancasila terdapat nilai-nilai pendidikan karakter utama yang harus ditanamkan dalam diri masyarakat Indonesia.

Dikutip dari laman resmi Kemdikbud, terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotongroyongan. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.

1. Religius
Religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Implementasi nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

2. Nasionalis
Nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

3. Integritas
Integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan.

4. Mandiri
Mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

5. Gotong royong
Gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

Inilah nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari  Pancasila yang harus ditanamkan pada diri masyarakat Indonesia untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul.


Baca Berita yang lain di Google News



Our Network