thumb.viva.co.id
Beijing baru-baru ini menjadi sorotan dunia setelah seorang tokoh Republik terkemuka di Komite Urusan Luar Negeri AS memperingatkan tentang meningkatnya praktik "diplomasi sandera" yang dilakukan oleh Tiongkok. Tindakan ini dianggap dapat merusak hubungan internasional dan stabilitas global.
Pada 15 September 2024, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa David Lin, seorang warga negara Amerika yang ditahan di Tiongkok selama hampir dua dekade, akhirnya dibebaskan. Lin, yang ditangkap pada tahun 2006, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 2009 atas tuduhan penipuan kontrak yang dianggap tidak berdasar oleh Washington.
Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR, Michael McCaul, menyatakan kegembiraannya atas pembebasan Lin dan mengingatkan bahwa banyak warga negara lain masih terjebak dalam situasi serupa.
Istilah "diplomasi sandera" merujuk pada praktik penahanan warga negara asing oleh pemerintah untuk mendapatkan konsesi politik atau ekonomi. Tiongkok telah menggunakan strategi ini dengan semakin sering, menahan warga negara Barat sebagai alat tawar-menawar dalam perselisihan geopolitik.
Dengan meningkatnya penangkapan warga negara asing, banyak yang khawatir bahwa Tiongkok menggunakan individu sebagai pion dalam permainan politik global.
Menanggapi praktik ini, AS dan sekutunya telah mengeluarkan peringatan dan menyerukan pembebasan warga negara mereka yang ditahan. Kongres AS bahkan membahas undang-undang untuk menghukum negara-negara yang terlibat dalam diplomasi sandera.
Namun, tantangan tetap ada. Penahanan sewenang-wenang ini menciptakan suasana ketidakpastian bagi bisnis asing dan individu yang beroperasi di Tiongkok.
Praktik diplomasi sandera Tiongkok tidak hanya merusak citra internasionalnya, tetapi juga memperburuk hubungan dengan negara-negara Barat. Dengan lebih dari 200 warga Amerika yang menjadi sasaran tindakan pemaksaan di Tiongkok, situasi ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah AS dan sekutunya.